Sejarah PGRI
Pada zaman Belanda, terdapat bermacam-macam sekolah yang masing-masing diperuntukan bagi golongan tertentu, misalnya :
- Sekolah desa atau sekolah rakyat, yaitu sekolah yang diperuntukan bagi masyarakat desa.
- Sekolah dasar angka II, yaitu sekolah yang diperuntukan untuk rakyat biasa dikota-kota.
- Sekolah dasar berbahasa belanda, sekolah yang diperuntukan untuk anak-anak ningrat atau anak- anak pegawai pemerintah Hindia Belanda.
Oleh pemerintah kolonial Belanda, secara sistematis sengaja diciptakan golongan tinggi dan golongan rendah dalam masyarakat yang sangat mempengaruhi pergaulan antara golongan-golongan tersebut. Mereka pada umumnya tidak mau saling mengenal.siasat pecah belah ini diadakan disemua kehidupan, bukan hanya dalam hal pendidikan, melaikan juga dalam hal social dan ekonomi. Mulai tahun 1907 terjadi perkembangan penting, yaitu pada kelas-kelas tinggi Eeste-indlanse school (ESC) diberikan pelajaran bahasa belanda. Perubahan ini terjadi berkat pidato berapi-api Sosio Kartono, Kakak kandung R.A Kartini, didepan peserta kongres Bahasa Dan Kesusastraan Belanda pada tahun 1899 di negri Belanda
Lahirnya PGRI Tanggal 25 November 1945.
Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita nasionalnya. Semangat proklamasi itulah yang menjiwai penyelenggaraan kongres pendidik bangsa Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 bertempat disekolah guru puteri (SGP) Surakarta, Jawa Tengah. Dari kongres itu lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) diantara pendirinya yaitu Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah Noerbambang, dan Soetono.
Melalui kongres ini, sagala bentuk perpecahan antara kelompok guru yang didasarkan kepada perbedaan tamatan (ijazah) dilingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, aliran politik, agama dan suku, sepakat untuk dihapuskan. Mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga (3) tujuan, yaitu :
- Mempertahankan Dan menyempurnakan Republik Indonesia.
- Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
- Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
PGRI adalah organisasi pejuang yang lahir dalam proses sejarah dimasa perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. PGRI adalah wahana pejuang, pembangun bangsa, pembimbing putera, pembangun jiwa dan pencipta kekuatan Negara. Begitulah jiwa dan makna PGRI yang diungkap dalam “ Mars PGRI” yang sepenuhnya cocok dengan kenyataan.
Di samping itu, PGRI juga merupakan bagian dari organisasi guru dunia terbesar dengan 25 juta anggota. Hal tersebut karena PGRI merupakan wadah bagi guru yang telah membuktikan perannya secara dinamis, prospektif dan mampu menjawab tantangan masa depan.
Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti
Open Courseware (OCW) adalah publikasi digital yang bebas dan terbuka dari bahan berkualitas tinggi pendidikan tingkat universitas, sering termasuk silabus, catatan kuliah, tugas dan ujian.
Banyak guru melaksanakan pembelajaran tanpa memperdulikan beban mengajarnya. Yang penting siswa dapat mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) serta Lulus ketika ada Ujian Nasional . Jika kedua hal ini telah terpenuhi guru seringkali merasa sudah puas dan merasa sudah melaksanakan kewajiban meskipun dalam satu minggu mengajar dengan asal – asalan: asal masuk, asal memberi tugas, asal lulus UN dll . Benarkah demikian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar